Family · Reflection

Remember me…

Mau diingat sebagai apa kita setelah wafat nanti? 

Liburan 4 hari akhir tahun ini ceritanya tidak ada rencana khusus, beda dengan tahun lalu saat stay dan jalan2 di Ancol plus main ke Cirebon. Libur dimulai dengan hari Sabtu, saya full ada 3 agenda seharian dari jam 8 pagi dan baru sampai rumah jelang magrib. Ahad, abinya Laras yang ada agenda dari pagi, fiks deh kita di rumah ajaa. 

Akhirnya Senin pagi kita mulai rencana jalan2 sederhana, karena walaupun Selasa saya masih libur abinya sudah masuk. Kita mulai dari jam 6 kurang berangkat ke Taman Spathodea. Ini taman kota yang ada di daerah Kebagusan. Daripada jauh2 ke kebun raya bogor, kita ke taman deket rumah saja. Ada 3 kandidat, taman dadap merah, taman tabebuya, dan taman spathodea. Dadap merah kita sudah pernah ke sana, tabebuya Laras sudah pernah ke sana bareng temen2 daycare, jadi kita ke Spathodea. Ajak eyangnya Laras juga biar ramai. 

Sampai sana masih agak sepi karena baru jam 6, mulai deh kita jalan menyusuri track lari yang sudah disediakan. Ada beberapa alat olahraga yang disediakan dan tentu ada ayunan yang bikin anak2 happy. Laras seru2an main ayunan dan tangga2an, sementara kita ganti2an nemenin anak itu main. Kalau eyangnya lagi jalan keliling, kita yang temenin main. Pas Laras sama eyang, kita yang olahraga, lumayan bawa raket jadi selain jalan santai bisa main bulutangkis.

Kids Zone
Alat Olahraga

Sampai jam 8 lewat, belum ada tanda2 anak kecil mau diajak pulang. Kita bawa bekel snack bisa selonjoran di pinggir kolam ikan yang lumayan bersih. Ada makanan ikan harga 2000 bagi yang mau kasih makan ikan, murah yahh. Tapi harus hati2 karena kolam ikannya tidak berpagar jadi anak2 harus diawasi betul agar tidak tercebur. Waktu kesana salah satu dari kami jadi korban kecebur kolam, basah deh. Dia adalah bola basketnya Larass. Agak2 susah ngambilnya sampai harus pake sapu dan galah, bukan mendekat dia malah menjauh, akhirnya berhasil diambil di sisi kolam yang lain. Kasian kan kalau sampai ada berita ditemukan korban mengambang di kolam Ikan, hihi..

Setelah tragedi bola tercebur kita pun pulang, setelah mampir sarapan di Ubin, sampailah di rumah jam 9 pagi. Lumayan kretek2 habis olahraga, tapi kita masih berusaha jalan2 hari ini. Kemana ya jalan2 yang gak cape? Hihiii.

Setelah pertimbangan yang agak panjang dan rumit, diputuskan nonton sajalahh. Ini kali ke 3 kita nonton bareng, pertama dulu nonton KMGPnya Mbak Helvy, terus nonton Sabtu bersama Bapaknya Aditya Mulya, terus yang ketiga penasaran sama AAC2nya Kang Abik, tapi berhubung itu film 17+, jadi cari2 film SU dan hanya ada satu pilihan, Coco. Sempet ragu, nonton gak ya secara rada abu2 nih ke bioskop, hihi. Jadi mesti selektif dan ada niat yang tegak kalau mau kesana biar ada value kebaikannya. Eh pas banget saudari saya ngechat kalau dia baru nonton Coco kemarin dan recommended. Dia ini yang agak2 sama kayak saya soal pilihan ke bioskop atau tidak, jadi saya percaya kalau dia bilang bagus.

Coba cari2 tiket online biar nggak rempong, pertama daftar di MTix XXI, tapi yang muncul bioskop jakarta krn alamat rumah jakarta. Gak tau cara milih teater di depok gimana, maklum saya bukan anak gaul bioskop. Akhirnya coba GoTix pertama kalinya, dan ternyata dia kerjasama dengan CGV bukan XXI, di depok cm ada satu CGV yaitu di DMall. Setelah berjam2 browsing dipenuhi kegalauan nonton enggak nonton enggak, sekitar jam 2 siang diputuskan kita nonton Coco di CGV dan beli via GoTix. Kirain bakal ada abang2 ojek yang datang nganterin tiket, ternyataa udah integrated systemnya jadi kita cuma dapat e-ticket. Waw keren juga ini GoTix.

Akhirnya sekitar setengah 3 baru jalan ke DMall, janjian sama saudari yang mau nitipin anaknya nonton tapi akhirnya dia ikutan nonton juga, terus karena agak lama prosedur janjian plus parkiran DMall, kita sampai CGV jam 15.20 which is udh mulai filmnya. Wait waitt antrian tiket panjanggg amatt, alhamdulillah kita beli via GoTix jadi tinggal cetak aja di mesin. Terus akhirnya satu tiket buat Laras jadi buat sodari saya plus anaknya karena antrian panjang bangeet ga mungkin keburu kalau beli lagi. Yaudah anak2 dipangku aja deh, masih manageable kok dipangku, hihi.

Tentang Coco, awalnya bingung ini cerita mau dibawa kemana walau sudah baca sinopsisnya. Ternyata dalem juga maknanya, tentang kita setelah meninggal. Tentu beda dari segi aqidah yang kita yakini, tapi ada satu value yang bisa diambil hikmahnya, yaitu prioritas utama adalah keluarga, sesibuk apapun kita. Kalau di film itu agak ekstrim, orang2 yang meninggal akan tetap hidup di alam ruh selama ada yang mengingatnya, tapi begitu dilupakan ia akan mati2 sebenarnya2 tak bisa kembali lagi.

Konsep ini kalau di Islam mirip amal jariyah kali ya, setelah mati kita akan hidup di alam barzah dan selama ada amal jariyah, pahala kita akan terus mengalir. Apa saja amal jariyah itu? Ini saya masukkan ke dalam tesis 3 tahun lalu, sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang shalih. Coco ini nama anak yang umurnya sudah tua sekali, 80an tahun kali ya. Papanya di alam ruh hampir saja mati kalau Coco tidak mengingatnya. Di saat kritis, Coco masih ingat lagu Remember me dari Papanya, jadi Papa di alam ruh berhasil selamat. Panjang sih kisahnya, seru dan lumayan konfliknya.

Nah kalau kita sebagai muslim, mau diingat sebagai apa setelah mati? Mau nabung amal jariyah apa? Saya berharap tetap diingat dan didoakan oleh anak2 yang kelak masih bisa menolong di saat saya tak bisa apa2 di alam barzah.

So tugas mendidik anak itu tidak main2 karena secara tidak langsung kita tengah menyiapkan investasi sebelum kita meninggalkan dunia.

Leave a comment